Entri Populer

Minggu, 30 Oktober 2011

PENGERTIAN PRODUK


PENGERTIAN PRODUK
Produk menurut Kotler dan Amstrong (1996:274) adalah : “A product as anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use or consumption and that might satisfy a want or need”. Artinya produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan
konsumen.
Menurut Stanton, (1996:222), “A product is asset of tangible and intangible attributes, including packaging, color, price quality and brand plus the services and reputation of the seller”. Artinya suatu produk adalah kumpulan dari atribut-atribut yang nyata maupun tidak nyata, termasuk di dalamnya kemasan, warna, harga, kualitas dan merk ditambah dengan jasa dan reputasi penjualannya.
Menurut Tjiptono (1999:95) secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas “sesuatu” yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli.

Lima Tingkatan Produk
Menurut Kotler (2003:408) ada lima tingkatan produk, yaitu core benefit, basic product, expected product, augmented product dan potential product. Penjelasan tentang kelima tingkatan produk adalah :
a. Core benefit (namely the fundamental service of benefit that costumer really buying) yaitu manfaat dasar dari suatu produk yag ditawarkan kepada konsumen.
b. Basic product (namely a basic version of the product) yaitu bentuk dasar dari suatu produk yang dapat dirasakan oleh panca indra.
c. Expected product (namely a set of attributes and conditions that the buyers normally expect and agree to when they purchase this product) yaitu serangkaian atribut-atribut produk dan kondisi-kondisi yang diharapkan oleh pembeli pada saat membeli suatu produk.
d. Augmented product (namely that one includes additional service and benefit that distinguish the company’s offer from competitor’s offer) yaitu sesuatu yang membedakan antara produk yang ditawarkan oleh badan usaha dengan produk yang ditawarkan oleh pesaing.
e. Potential product (namely all of the argumentations and transformations that this product that ultimately undergo in the future) yaitu semua argumentasi dan perubahan bentuk yang dialami oleh suatu produk dimasa datang.

Klasifikasi Produk
Banyak klasifikasi suatu produk yang dikemukakan ahli pemasaran, diantaranya pendapat yang dikemukakan oleh Kotler. Menurut Kotler (2002,p.451), produk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan wujudnya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama, yaitu :
a) Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya.
b) Jasa
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual (dikonsumsi pihak lain). Seperti halnya bengkel reparasi, salon kecantikan, hotel dan sebagainya. Kotler (2002, p.486) juga mendefinisikan jasa sebagai berikut : “ Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produknya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.
2. Berdasarkan aspek daya tahannya produk dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Barang tidak tahan lama (nondurable goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun. Contohnya: sabun, pasta gigi, minuman kaleng dan sebagainya.
b. Barang tahan lama (durable goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun lebih). Contohnya lemari es, mesin cuci, pakaian dan lain-lain.

3. Berdasarkan tujuan konsumsi yaitu

didasarkan pada siapa konsumennya dan untuk apa produk itu dikonsumsi, maka produk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a) Barang konsumsi (consumer’s goods)
Barang konsumsi merupakan suatu produk yang langsung dapat dikonsumsi tanpa melalui pemrosesan lebih lanjut untuk memperoleh manfaat dari produk tersebut.
b) Barang industri (industrial’s goods)
Barang industri merupakan suatu jenis produk yang masih memerlukan pemrosesan lebih lanjut untuk mendapatkan suatu manfaat tertentu. Biasanya hasil pemrosesan dari barang industri diperjual belikan kembali.
Menurut Kotler (2002, p.451), ”barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis”. Pada umumnya barang konsumen dibedakan menjadi empat jenis :
a) Convenience goods
Merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan pembeliannya. Contohnya antara lain produk tembakau, sabun, surat kabar, dan sebagainya.
b) Shopping goods
Barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia. Contohnya alat-alat rumah tangga, pakaian, furniture, mobil bekas dan lainnya.
c) Specialty goods
Barang-barang yang memiliki karakteristik dan/atau identifikasi merek yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Misalnya mobil Lamborghini, pakaian rancangan orang terkenal, kamera Nikon dan sebagainya.
d) Unsought goods
Merupakan barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau kalaupun sudah diketahui, tetapi pada umumnya belum terpikirkan untuk membelinya. Contohnya asuransi jiwa, ensiklopedia, tanah kuburan dan sebagainya.

Berbicara mengenai produk maka aspek yang perlu diperhatikan adalah kualitas produk. Menurut American Society for Quality Control, kualitas adalah “the totality of features and characteristics of a product or service that bears on its ability to satisfy given needs”, artinya keseluruhan ciri dan karakter-karakter dari sebuah produk atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat. Definisi ini merupakan pengertian kualitas yang berpusat pada konsumen sehingga dapat dikatakan bahwa seorang penjual telah memberikan kualitas bila produk atau pelayanan penjual telah memenuhi atau melebihi harapan konsumen.
Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk yang ditawarkan oleh penjual mempunyai nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh produk pesaing. Oleh karena itu perusahaan berusaha memfokuskan pada kualitas produk dan membandingkannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing. Akan tetapi, suatu produk dengan penampilan terbaik atau bahkan dengan tampilan lebih baik bukanlah merupakan produk dengan kualitas tertinggi jika tampilannya bukanlah yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasar.
Menurut Kotler and Armstrong (2004, p.283) arti dari kualitas produk adalah “the ability of a product to perform its functions, it includes the product’s overall durability, reliability, precision, ease of operation and repair, and other valued attributes” yang artinya kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya.

Dimensi Kualitas Produk
Menurut Mullins, Orville, Larreche, dan Boyd (2005, p.422) apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk tersebut terdiri dari :
1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari sebuah produk
2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk.
3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk.
5. Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan.
6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
7. Perceived quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi, persepsi konsumen terhadap produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan
Negara asal.
Menurut Tjiptono (1997, p.25), dimensi kualitas produk meliputi :
1) Kinerja (performance)
Yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product) yang dibeli, misalnya kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang yang dapat diangkut, kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi dan sebagainya.
2) Keistimewaan tambahan (features)
Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior seperti dash board, AC, sound system, door lock system, power steering, dan sebagainya.
3) Keandalan (reliability)
Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai, misalnya mobil tidak sering ngadat/macet/rewel/rusak.
4) Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications)
Yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan dan emisi terpenuhi, seperti ukuran as roda untuk truk tentunya harus lebih besar daripada mobil sedan.
5) Daya tahan (durability)
Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan mobil.
6) Estetika (asthethic)
Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik mobil yang menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan sebagainya.

Cara Belajar Bahasa Mandarin


CARA BELAJAR BAHASA MANDARIN

Bahasa Mandarin memiliki nada dalam setiap suku katanya, belajar bahasa Bahasa Mandarin karena juga memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan huruf latin tentunya, dan jumlahnya ribuan, ratusan ribu, bahkan tak terhitung jumlah pastinya. Itulah tantangan terbesar dalam mempelajari bahasa ini.
Berikut adalah langkah-langkah belajar Bahasa Mandarin :
* Belajar Bahasa Mandarin harus dimulai dari mempelajari cara pelafalannya. Oleh sebab itu, sebelum masuk ke post materi pemelajarannya, pelajari dulu
o Cara pelafalan dan
o Nada.
Well, untuk menaklukan bahasa ini juga diperlukan langkah-langkah yang benar, oke check this out:
1. Pengucapan Intials dan Finals
Ini adalah langkah pertama yang harus ditempuh terlebih dahulu, seperti kita belajar a, b, c, d,…z pada waktu SD dulu. Dalam bahasa Mandarin terdapat initials yang terdiri dari; b, p, m, f, d, t, n, l, g, k, h, j, q, x, zh, ch, sh (baca; bo, pho, mo, fo, te, the, ne, le, ke, khe, he, ji, qi,si, zhr , chr, shr). Dan juga finals : a, o, e, i, u, ü , ai, ei, ao, ou.
Pastikan anda belajar dari sumber yang benar, dari rekaman, dari laoshi anda, atau dari teman chinese anda. Berlatihlah terus menerus sampai pengucapan anda sempurna, biasanya akan menemui kesulitan pada pengucapan ; j,q,x dan paling susah adalah pengucapan zh, ch, sh.
2. Nada or Tones
Okay, kalau anda sudah menguasai cara pengucapan finals dan initials Mandarin dengan baik dan benar, sekarang waktunya mengenal nada dalam bahasa Mandarin. Terdapat 4 nada yaitu : nada pertama (datar), nada kedua(naik), ketiga (turun-naik) , dan keempat(turun). Berlatihlah setiap hari dengan kata-kata yang sederhana. Biasanya nada pertama dan kedua tidak begitu sulit, tapi nada ketiga dan keempat memerlukan waktu sedikit lama untuk menguasainya.
3. Mengenal Hanzi
Seperti halnya matahari dan bulan, bumi dan langit, air dan api, kita mau tidak mau harus belajar karakter bahasa mandarin ini, selain pinyin (huruf latin mandarin) tentunya. Karena kedua hal ini saling melengkapi, dan tidak sempurna bahasa mandarin anda tanpa mengenal huruf HANZI. Oleh karena itu, mulailah belajar dari hanzi yang sederhana. Dan jangan lupa harus mengikuti stroke order yang benar agar menghasilkan huruf yang indah dan cantik.
4. Never stop Practising
Nah, kalo ketiga tahap diatas sudah anda kuasai dengan benar dan sempurna, hal yang dilakukan berikutnya tentu saja terus berlatih dengan menghapal kosakata baru, berlatih menulis hanzi, dan banyak-banyak berlatih pengucapan kata-katanya. Mulailah dari kata-kata sederhana, dilanjut dengan kalimat, kemudian frase, idiom, dan seterusnya, hingga anda dapat membaca buku mandarin atau surat kabar berbahasa Mandarin, dan dapat berkomunikasi dengan lancar!
5. Untuk belajar Bahasa Mandarin dengan tepat itu lebih kepada memahami maksud istilahnya secara keseluruhan, kalau kita menerjemahkannya secara harafiah/per-kata, berarti kita harus memiliki padanan kata yang tepat dalam bahasa indonesia, contohnya kalimat 你好吗? Nǐ hǎo ma, Nǐ=kamu hǎo=baik ma=apakah/kah? secara harafiah arti kalimat 你好吗? adalah kamu baikkah?, secara per-kata kita memahami artinya menanyakan kabar, namun padanan kata yang paling tepat untuk mengartikan 你好? ke dalam bahasa indonesia tentu saja, Apa kabar? contoh lain dalam ungkapan 晚安wǎnān, = malam, =damai, diterjemahkan secara harafiah menjadi damai malam, namun ungkapan tersebut sebenarnya memiliki makna selamat malam.
5. Sebenarnya untuk menggabungkan kata dalam bahasa Mandarin tidak sulit, Beberapa orang yang pernah tinggal di China dan tidak bisa berbahasa Mandarin tetap bisa berkomunikasi dengan mengandalkan kamus, mereka biasanya hanya menggabungkan kata-per kata secara gamblang tanpa tata bahasa yang tepat, misalnya untuk mengatakan saya mau makan mereka biasanya melihat kamus dan menemukan kata Wǒ : saya, yào: mau, chī: makan, sehingga ketiga kata tersebut digabungkan menjadi 我要吃 Wǒ yào chī, kalimat ini sudah benar secara struktur, namun kurang tepat secara penggunaan, karena biasanya sesudah kata kerja chī iikuti dengan objeknya, makan nasi : chīfàn makan roti : 吃面包 chī miànbāo. Cukup mudah kan? kita hanya perlu memahami kata,arti dan makna keseluruhannya setelah digabungkan dan mencari tau apakah kalimat/ungkapan itu telah benar dalam penggunaannya. Jadi tetap saja, harus sering-sering nonton Tv/film/drama mandarin, untuk melatih rasa bahasa dan terbiasa dengan istilah-istilahnya, sehingga kita mudah memahaminya…

bali cartoon







bali cartoon